Disamping itu, PKS sekarang ini seringkali menjadi bahan bullying berbagai media. Tidak hanya sekedar pemberitaan di media, bahkan para komentator yang membaca berita pun seringkali dijumpai mencerca, mamaki, mengolok-ngolok PKS. Tidak sekedar di bullying oleh media, para komentator pembaca berita pun tak kalah sengitnya mem-bully PKS. Walaupun tak jarang dan seringkali, komentator yang mem-bully PKS tersebut dikendalikan satu orang dengan nama akun komentar yang berbeda-beda.
Mungkin jika ada sebuah survey yang memberikan award mengenai partai mana yang sering di bully media plus komentatornya, bisa jadi PKS mendapatan nilai survey yang tinggi, dan mendapatkan Award Partai Yang Sering di Bully.
Ada atau tidak ada kasus, setiap kali seorang petinggi PKS atau kader PKS siapa saja, ketika mereka berkomentar, maka para "pelaku" bullying PKS ini beraksi. Menghina se-hina-hina diri mereka sendiri, bahkan kalau bisa berkata kotor pun bisa dilakukan mereka.
Dari mulai media liberal dan sekuler hingga sebagian media Islam. Mereka akan dengan senang hati mem-bully PKS. Ibaratnya, mereka belum puas jika PKS belum hancur lebur.
Madzab Politik Baru
Awal kemunculan PKS menjadi sebuah fenomena yang sangat mengejutkan. Sangat mengejutkan bagi beberapa kalangan politikus seperti Ketua Umum PDIP, Megawati. Mengejutkan, Partai Keadilan yang mendapatkan nomor urut partai peserta pemilu tahun 1999, itu adalah nomer 24. Tetapi melejit menjadi 10 besar partai pemenang pemilu tahun 1999. Tak tanggung-tanggung PK mendapatkan suara di DPR sekitar 1.436.565.Putri proklamator yang juga Ketua Umum PDIP ini kaget dengan perolehan suara Partai Keadilan, waktu itu. Hingga ia pernah berkata yang pada intinya "Partai Keadilan ini tidak mempunyai basis masa yang jelas, tetapi masuk dalam 10 besar partai pemenang pemilu. Kita harus hati-hati dengan partai ini". Alasan Megawati mengatakan seperti itu, lantaran setiap partai pada waktu itu mempunyai basis massa masing-masing, mereka mempunyai politik aliran masing-masing dan mempunyai madzhab politik aliran golongan sendiri-sendiri.
Beralasan memang, jika Megawati mengkhawatirkan PKS. Karena setiap basis massa partai Islam, mempunyai aliran madzhab politik organisasi yang dibawa mereka sendiri-sendiri, dan tentunya mereka mempunyai pemahaman sendiri-sendiri pada masing-masing partainya.
Contohnya, jika PPP orang sudah jelas mengetahui kiprahnya dimasa Orde Baru dan mempunyai basis massa yang jelas. PKB, pendirinya merupakan ketua Ormas Islam, Nahdlatul Ulama (NU). Tentunya sudah jelas basis massanya. PAN, pendirinya pun merupakan mantan ketua Ormas Islam, Muhammadiyah. Basis massanya juga sudah jelas.
PBB, partai Islam yang satu ini, juga mempunyai basis massa yang jelas. Karena pendiri PBB, Yusril Ihza Mahendra. Merupakan keturunan dari pendiri partai Masyumi, dan merupakan salah satu orang Muhammadiyah juga. Karena itu waktu debat capres, Amien Rais menyerukan supaya Yusril Ihza Mahendra yang merupakan "adik" seorganisasinya untuk bergabung saja di PAN dan membubarkan PBB.
Sedangkan PKS? Basis massanya siapa? Teroris-kah?
Sebuah pernyataan suami dari Ketua Umum PDIP, Taufik Kiemas. Ia pernah didaulat menjadi penceramah di RSIS (Rajartman School of International Studies), di Singapura.
Taufik Kiemas dengan jelas menyatakan bahwa PKS merupakan kelompok teroris yang membentuk partai politik. Dengan gamblang dan sangat jelas, ia menyebutkan bahwa kaum nasionalis yang pluralis bersatu untuk melawan PKS yang teroris dan anti pluralis.
Beruntung pernyataan Taufik Kiemas dalam ceramahnya di RSIS dapat dibantah sendiri oleh Kader PKS yang ternyata juga ada yang kuliah di RSIS tersebut, Suhud Alynudin.
Disisi lain juga, isu Wahabi, anti tahlil pun tak segan-segan menghampiri PKS. Diserang dari berbagai sisi, tetapi ternyata PKS tetap terus berjalan, setapak demi setapak akhirnya PKS mampu mengalahkan partai Islam yang lainnya. Setidaknya dari nomer peserta pemilu 16, PKS akhirnya mampu menduduki peringkat ke 6, setidaknya PKS mulai naik peringkat dari posisi pemenang pemilu ke 7 dengan nomer partai peserta pemilu 24. Hingga pada pemilu 2009, PKS menempati partai peserta pemilu bernomor 8, dan menempati posisi partai pemenang pemilu nomer 4.
Menjadi sangat menarik, PKS mampu menjadi partai Islam terbesar pada tahun 2009 hingga 2014. Yang jadi menarik, PKS tetap "telaten" (konsisten) naik peringkat terus dari urutan-urutan dari peringkat sebelumnya. Ini menandakan PKS menjadi partai yang dinamis dalam proses kenaikan peringkat dan suaranya.
Karena PKS mempunyai tujuan pembangunan yang jelas dalam membentuk Indonesia baru. Anggota-anggota PKS pun sangat plural! Kita akan menjumpai dari berbagai orang Islam berada pada satu barisan PKS. Kita juga tentunya akan menjumpai berbagai orang yang aktif dalam ormas Islam di masing-masing organisasinya. Bahkan anak dari salah satu petinggi NU yang orang tuanya merupakan adik dari pendiri PKB, Gus Dur, pun tak segan masuk dan menjadi kader PKS. Karena itu isu anti tahlil dibantah sendiri oleh orang NU yang berada di PKS.
Madzhab Politk PKS merupakan madzhab baru yang mencampurkan berbagai madzhab dan organisasi berada dalam satu perjuangan bersama PKS. Jika orang PKS berkumpul kita juga akan menjumpai bahwa orang PKS juga ada yang memakai Qunut pada waktu shalat Subuh. Tidak segan ikut tahlilan pada masing-masing rumah dan lingkungannya. Dan bagi kader PKS yang bermadzhab lainnya pun, akan menghargai sikap masing-masing kader dalam pemahaman agamanya masing-masing.
Setiap kader PKS tidak pernah mendebatkan tahlil bid’ah atau tidak, qunut boleh atau tidak. Tak pernah diajarkan dalam mensingkapi perbedaan tersebut, kecuali selalu berseru kepada Islam dan selalu mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan kewajiban agar umat Islam untuk saling bersatu padu.
Kiprah Madzhab Politik PKS
Sebelum ada PK hingga PKS, kita tentu hanya disuguhi dengan beberapa partai yang selalu melakukan kegiatan aktifnya disaat-saat menjelang pemilu. Itu dulu!Sebelum ada PK hingga PKS, kita tentu tidak akan pernah melihat partai yang terjun langsung kepada masyarakat saat pemilu belum berlangsung.
Sebelum ada PK hingga PKS, kita tentu tidak akan pernah lihat partai-partai yang mau terjun langsung bahkan menerjunkan kader-kadernya untuk turun langsung kedalam daerah bencana.
Ini sebelum ada PK hingga PKS!
Madzhab Politik Indonesia berubah, dari partai simbol menjadi pertai pergerakan. Semua partai melakukan hal tersebut!
Ironis dan mungkin mencengangkan bagi berbagai petinggi parpol, ketika melihat PKS mau terjun langsung kedaerah bencana. Bahkan Amien Rais sendiri waktu itu mengolok-ngolok PKS, karena membantu masyarakat bencana dengan membawa bendera partai. Tidak ikhlas, katanya!
Tetapi, setelah mereka mengolok-ngolok kegiatan PKS. Seluruh partai akhirnya tahu, bahwa partai mesti bergerak dan harus turun kebawah. Jika ada bencana, maka perlu dibantu. Dan mereka membawa bendera partai masing-masing, tak terlepas juga PAN, partai yang didirikan oleh Amien Rais sendiri.
Saat gempa Aceh, PKS adalah partai yang mengirimkan kadernya terbesar dan terbanyak dari seluruh partai dan ormas manapun, bahkan dari berbagai partai besar yang memenangkan pemilu saat itu.
Sombong? Bukan! Tetapi masyarakat harus tahu. Siapa si pendahulu pencipta Madzhab Politik baru itu.
Seperti dalam daerah bencana, banyak orang yang tidak tahu bagaimana kondisi sebuah daerah yang terkena bencana. Identitas sebuah penyalur bantuan dan relawan harus jelas, akan sangat berbahaya jika tidak ada.
Contoh kasus terjadi keracunan bahan makanan saat di daerah bencana, tidak akan pernah ada ormas atau partai yang bertanggung jawab jika tidak jelas identitasnya. Atau ketika relawan partai/ormas hilang saat berada di daerah bencana. Tentu jika tidak ada identitas mereka darimana dan "berbendara" apa, maka akan sangat sulit dalam pencariannya.
Karena itu, semua harus jelas. Bukan sekedar Kampanye di daerah bencana! Bahkan malah lebih baik jika setiap partai yang ada diseluruh Indonesia ini turun dan terjun langsung di daerah bencana. Tentunya akan sangat membantu masyarakat yang terkena bencana. Seperti komentar ustad Anis Matta "Kita berharap seluruh partai bergerak membantu korban bencana, jangan hanya PKS. Jika seluruh partai bersatu membantu, insya Allah akan lebih terbantu masyarakat di daerah bencana.”
Ingatkah, sudah sangat lama sekali bahkan mungkin banyak yang lupa. Bahwa tidak pernah ada (sebelum PK hingga PKS) terdapat sebuah ucapan-ucapan yang Islami dijalan-jalan dalam mengucapkan hari-hari besar agama Islam, bahkan partai Islam kala itu.
Karena mungkin ini dianggap remeh, tetapi PKS telah mendahuluinya. Hingga akhirnya berlomba-lomba-lah berbagai partai melakukan hal tersebut.
Jika Jokowi blusukan kemana-mana, hal ini sebenarnya bukan hal baru di PKS. Ini adalah kegiatan rutin dan biasa, akan tetapi anehnya jika kader PKS yang blusukan pasti dinilai negatif dan dianggap kampanye, namun apabila Jokowi, para media langsung meliputnya sebagai hal yang luar biasa. Padahal "misinya" juga sama!
Kiprah PKS dalam "membuat" Madzhab politik baru ini menjadi sangat diapresiasi (dulu) oleh media. Aksi dan kiprah PKS menjadi benar-benar media darling (sama seperti Jokowi).
Ingatkah, majalah sekelas Tempo dulu juga sangat terkesan dengan PKS, tak kalah juga Metro TV yang membuat ulasan khusus mengenai kiprah PKS yang mesti dijadikan contoh oleh partai-partai lainnya.
Tetapi semua itu sudah berlalu, bukan karena PKS telah berubah! Tetapi karena PKS tidak menuruti apa yang diinginkan para media. PKS diadu-adu dan disuruh untuk bersikap keras, kaku hingga akhirnya kesan Taufik Kiemas benar-benar tercitrakan kepada PKS.
Bahwa PKS tidak mau bekerja sama dengan partai lain, PKS tidak plural, PKS wahabi, PKS Anti tahlil. Karena sifat-sifat "nyeleneh" inilah yang sebenarnya disukai oleh media. Tentunya kalau PKS bersikap lain sendiri dengan partai yang ada, bisa jadi bahan pemberitaan terus. Tetapi tentu saja ini akan menjadi buah simalakama dan bisa menghancurkan PKS sendiri. Karena itu PKS tidak harus ekslusif tetapi harus inklusif namun tidak terbawa arus.
Kini madzhab PKS lama telah ditiru oleh partai-partai lain. PKS sendiri telah memberikan sebuah madzhab politik terbaru, yaitu memilih Ketua Umum atau Presiden Partai tidak harus menunggu lama. Tidak perlu menunggu berhari-hari. Cukup 1 hari!
Akankah partai lain menirunya? Karena tentu memilih Ketua Umum atau Presiden Partai adalah masuk kedalam kekuasaan penuh kepartaian. Tentu hal ini akan susah ditiru oleh partai-partai yang penuh dengan orang-orang yang berambisi dengan kekuasaan dan jabatan.
INGAT!!! Madzhab politik baru itu bernama PKS.
Oleh Abu Jaisy
Sumber :
http://www.suaranews.com/2013/03/madzhab-politik-baru-itu-bernama-pks_13.html
0 Komentar:
Post a Comment