Feb 13, 2011

Anni Iwasaki : Emansipasi Wanita Indonesia Salah Kaprah

Kutipan wawancara Anni Iwasaki oleh Dr. Dito Anurogo (Netsains.com)

Menjadi penulis, ibu rumah tangga, dengan segudang aktivitas di negeri Sakura, memang memerlukan kelebihan tersendiri. Anni Iwasaki dapat dikatakan sebagai sosok ibu super. Berikut wawancara eksklusif kami dengan ibu Anni.

Dito Anurogo (DA): Sebenarnya, apa sih cita-cita Ibu sejak kecil?
Anni Iwasaki (AI): Menjadi orang kaya.

DA : Boleh tahu siapa (saja) tokoh Idola Ibu?
Tidak punya. Kami dari keluarga petani desa. Dari keluarga besar hanya ibu saya yang keluar dari Prambon.
Harusnya idola saya adalah kedua orang tua saya, namun, keduanya bercerai sebelum saya memahami arti kehidupan berkeluarga.

DA : Boleh kami mengetahui pengalaman apa saja di masa kecil, remaja, dewasa Ibu yang begitu berkesan, menempa, dan mengandung hikmah? (Silakan diceritakan beberapa secara singkat dan memikat)
AI: Kami tinggal di Surabaya. Setiap liburan puasa saya dan mbakyu saya sebulan penuh ke desa Prambon, Kediri, berlibur di rumah bude dan bergantian menginap di tujuh saudara/i ibu. Rumah mereka saling berdekatan begitu juga nenek, sebagai god mother-nya hahahaaa. Kakek sudah meninggal sebelum saya lahir.
Bulan puasa nenek banyak mengadakan selamatan, bisa dibilang dapurnya ngepul terus dan yang rewang banyak sekali sampai menginap. Kue banyak, makanan banyak. Dari daerah sekitar banyak saudara/i dan putra/inya sebaya dengan saya juga turut berdatangan. Yang saya takuti kehidupan desa dimalam hari, gelap. Dan tidak saya sukai adalah toiletnya jauh ditengah kebon.

Ketika mulai menginjak sekolah menengah pertama, terjadi peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto, kehidupan di desa sangat mencekam, bahkan saudara/i ibu berdatangan mengungsi kerumah kami di Surabaya. Saya juga turut demo-demo.

Sejak saat itu saya lebih suka meluangkan waktu dengan teman-teman saya di Surabaya. Mulai berpikir hak-hak politik, cita-cita, sukses, masa depan dan memilih hidup di kota. Ketika di sekolah menengah atas saya mengambil jurusan sos-pol.

Sebulan setelah menikah saya diboyong ke Tokyo. Selang tiga bulan saya mengandung. Kelahiran putra pertama saya, menghentikan seluruh aktivitas di luar apartemen mempelajari bahasa Jepang.

Hidup berkeluarga di Jepang dengan pria Jepang dalam sistim pemerintahan dan menjadi bagian masyarakat ilmiah Jepang yang sadar akan hak dan kewajiban politik (berdasarkan undang-undang). Mengantarkan saya kepada titik balik “kodrat”, dalam bahasa akademik disebut ”hakiki”. Dari bercita-cita menjadi pencari nafkah, menjadi ibu manusia Jepang melaksanakan fungsi generasi-regenerasi.

Sekaligus dalam struktur sosial-ekonomi saya adalah pendaya guna nafkah keluarga (menejer dan konsumen sekaligus menerbitkan demand).

Sebulan setelah menikah saya diboyong ke Tokyo. Selang tiga bulan saya mengandung. Kelahiran putra pertama saya menghentikan seluruh aktivitas di luar apartemen ingin melanjutkan kuliah di negeri ini.

Sejak persiapan menyongsong kehamilan saya yang pertama hinggá kelahiran ketiga putra kami, saya dan suami semakin merasakan dan menyadari nilai kebersamaan, bukan berarti renteng-renteng kemana-mana selalu berdua, melainkan secara spiritually, setiap detik rasa tentram dan nyaman dapat melahirkan rasa aman dan trust kepada ketiga janin kami dengan demikian lebih mudah menumbuh kembangkan jiwa manusiawi.
Kami berdua bertekad harus berhasil menjadi ayah-ibu yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Tidak ada alasan gagal, karena pemerintah Jepang melaksanakan kewajiban dengan baik menyiapkan sarana dan prasarana hidup berkeluarga, jaminan kesejahteraan sosial dan jaminan hidup dihari tua hingga kemudahan-kemudahan hidup apabila keadaan darurat menimpa.

Tentang emansipasi wanita model Indonesia. Selama sekolah di Indonesia hinggá lulus sekolah menengah atas. Saya belum pernah diajarkan dikelas membaca surat-surat Kartini, bahkan sampul bukunyapun saya belum pernah melihat. Emansipasi RA Kartini yang dilekatkan dalam batok kepala saya disetiap hari Kartini ketika itu, adalah, “wanita bukan lagi konco wingking emansipasi adalah saatnya wanita tidak boleh kalah dengan pria”.

Mengusik saya untuk membedah lalu menggugat Pahlawan Nasional RA Kartini.

Ketika suami bertugas ke Jakarta, salah satu buku yang saya pesan adalah Habis Gelap Terbitlah Terang. Semalam saja buku itu saya baca habis. Saya langsung menangis berkelanjutan hingga berhari-hari, ternyata jalan hidup yang sekarang saya jalani inilah cita-cita RA Kartini dalam upayanya membangun bangsa. ”Betapa kejamnya orang-orang yang menyelewengkan cita-cita dan mempermainkan arwah Pahlawan Nasional itu. Dan sekaligus mempermainkan masa depan generasi muda termasuk hidup saya ....”

Dalam surat-surat RA Kartini itu saya temukan: tersebut dua perempuan yang hak-haknya diperjuangkan oleh Kartini yaitu: perempuan sebagai gadis dan perempuan sebagai ibu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI gadis: anak perempuan yang sudah akil-baliq belum kawin. Ibu: perempuan yang telah melahirkan anak.

Gagasan Kartini tentang perempuan akil baliq belum kawin , ”...tentang anak gadis yang bebas, yang berdiri sendiri, mencari rezekinya” (31 Des 1901, Nyonya Abendanon).

Gagasan Kartini tentang perempuan yang memilih menjadi ibu: ”Kami di sini meminta, ya memohonkan, meminta dengan sangatnya supaya diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukanlah sekali-kali karena kami hendak menjadikan anak-anak perempuan itu saingan orang laki-laki dalam perjuangan hidup ini, melainkan karena kami,-oleh sebab sangat yakin akan besar pengaruh yang mungkin datang dari kaum perempuan –hendak menjadikan perempuan itu lebih cakap melakukan kewajibannya , kewajiban yang diserahkan oleh Alam sendiri ke dalam tangannya; menjadi ibu-pendidik manusia yang pertama-tama.

Dalam teori akademik-universal psikologi pengembangan, pendidikan anak sejak dini adalah tiga tahun pertama kehidupan seorang anak. Yang disebut golden ages bahasa Jepangnya adalah mitsuno tamashi hyaku made – kehidupan tiga tahun pertama adalah menentukan kehidupan selanjutnya.

Setelah membaca kumpulan surat itu, saya mengerti penyebab RA Kartini berkali-kali hendak diturunkan dari kePahlawanan Nasional-nya.

Dalam masa peralihan ke pemerintahan RI dari orde lama kepada orde baru pro barat plus Jepang, investor dari negeri-negeri itu bagaikan air bah mengalir ke Indonesia. Namun disambut oleh demo-demo dari para pekerja , disini saya ingatkan bahwa yang demo itu adalah para bapak. Marak meminta hak-hak pekerja dan pembayaran lebih baik terutama yang bekerja di pabrik-pabrik.

Rupanya pemerintah menggantikan para bapak dengan cara mendorong para ibu rumah tangga memasuki lapangan kerja khususnya di pabrik-pabrik adalah solusi pemerintah agar para investor tidak ketakutan menancapkan usahanya di negeri ini.

Dan idiologi Pahlawan Pergerakan Nasional RA Kartini dianggap menghalangi mobilisasi ibu rumah tangga memasuki lapangan kerja menggantikan para bapak.

Pemerintah sekaligus menikmati ’multiflier-effect’nya: mendapat pajak pendapatan penambah kas negara. Sekaligus dengan gaji itu mobilisasi para ibu rumah tangga dapat membuka lapangan pekerjaaan tempat penitipan anak, play grup dan semacamnya. Sekaligus membuka ’lapangan pekerjaan’ untuk golongan lemah menjadi pesuruh rumah tangga di keluarga-keluarga yang ibunya bergiat dan bekerja diluar rumah dari kegiatan Dharma Wanita, pengusaha wanita, karyawati hingga buruh-buruh wanita di pabrik-pabrik.

Sekaligus pula dengan sisa gajinya dapat membeli barang-barang yang diimpor secara legal atau selundupan yang paling ngetren saat itu adalah kosmetik masuk ke pasar hingga ke desa-desa.

DA : Bagaimana cara Ibu mengharmoniskan antara karir dengan keluarga?
AI: Setelah saya jalani akhirnya saya menyadari bahwa fungsi dan peranan saya sebagai ibu rumah tangga adalah karir yang sesungguhnya (KBBI karir: memajukan kehidupan). Maka karir saya adalah sebagai istri dan ibu. Dari situ saya memperoleh tunjangan dan fasilitas hidup bersama suami dan anak-anak. Dan saya harus berhasil membangun keluarga sesuai dengan fungsi hidup yang telah saya pilih. Aktivitas diluar itu tidak wajib, saya kerjakan saya peroleh kepuasan batin, tidak saya kerjakan saya tidak memendam rasa bersalah.

Di Jepang semua wanita menikah menjadi ibu rumah tangga di keluarganya masing-masing. Disana tidak ada pesuruh rumah tangga seperti di Indonesia. Tiga puluh enam tahun yang lalu, di Jepang, kami telah menjalankan pekerjaan seharí-hari memasak dengan pengetahuan keseimbangan gizi yang selalu up-date, membesarkan anak berdasarkan pengetahuan pisik, psikis, sosial dan spiritual terutama psikologi pengembangan yang selalu up-date.

Menyelesaikan pekerjaan sehari-hari mengoperasikan teknologi seperti mesin cuci piring, mesin cuci baju dan mesin pengering baju dlsb. Tidak ada istilah gaji suami yang ada adalah gaji keluarga. ATM sudah ada, dari mesin ATM ibu rumah tangga Jepang langsung mengelola gaji keluarga untuk biaya hidup sehari-hari.
Umumnya ibu rumah tangga di Jepang punya hobi seperti bermain golf, tenis, melukis, berwisata atau kegiatan lain.

Nah, untuk saya kegiatan itu adalah : mengamati, menulis dan bergiat di FPC Jepang (Foreign Press Centre) di Tokyo. Aktivitas saya ini bukan kegiatan saya berperan ganda sebagai wanita-karir atau wanita-pekerja yang memperoleh gaji dari pekerjaan itu. Melainkan bagian dari tugas saya sebagai ibu manusia yang harus selalu kritis dan aktif meluruskan jalannya pemerintahan dan turut mengantisipasi instabilitas global. Sebagai warga negara Indonesia aktivitas saya di luar ini bisa jadi lebih banyak sampai masuk ke FPC segala, karena saya berkeinginan Indonesia maju jika bisa, ya lebih baik dari Jepang. ^^

Kegiatan saya menulis baru saya mulai saat putra bungsu saya masuk taman kanak-kanak. Dan kegiatan diluar rumah selain urusan rt-rw , sekolah dan pendidikan ekstra kurikuler anak-anak, saya mulai ketika putra bungsu saya masuk sekolah menengah pertama. Dananya dari uang saku saya sendiri.

Dengan begitu saya tidak perlu dikejar atau mengejar target bahkan bisa memilih. Saya hanya meliput event yang ada kaitannya dengan visi-misi yang sedang saya tekuni. Yaitu mendalami seluk beluk sistem pemerintahan demokrasi-monarkhi Jepang sebagai fasilitator, stabilisator dan dinamisator mensejahterakan kehidupan rakyatnya. Sekaligus dalam acara jumpa pers saya langsung bisa mengamati body-language para aktor Jepang dan dunia yang keluar-masuk Tokyo.
DA : Boleh tahu pesan moral dan inti dari buku: “Mahligai Perkawinan” dan ”Dinamika Kehidupan”?
AI: Manalah ketika saya seusia itu berpikir pesan moral atau apapun tentang visi, misi maupun program kerja ? Saya ingin bercerita, punya cerita ya berceritalah melalui tulisan.

Seperti yang saya ceritakan di atas di Indonesia emansipasi mengeluarkan para ibu rumah tangga dari fungsi domestiknya saat itu sedang menjadi gerakan nasional. Undang Undang Pernikahan RI I Thn 1974 menjadi kontroversial dan tidak berdaya membendung arus emansipasi salah kaprah akibat adanya ambigu pemerintah tentang hakikat emansipasi itu.

Yang dijadikan kontroversial adalah Bab VI Hak Dan Kewajiban Suami-isteri Pasal 31 (3) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.

Banyak wanita pekerja, apalagi yang menduduki jabatan penting tidak setuju jika suami dijadikan kepala keluarga. Padahal sebetulnya yang dibidik adalah Pasal 34 (2) Isteri wajib mengatur urusan rumah- tangga sebaik-baiknya. Arti pasal yang terakhir ini adalah isteri tidak hak menduduki lapangan kerja.

Sekolah Kepandaian Putri rintisan para Pahlawan Nasional seperti Cut Meutia, Nyi Ahmad Dahlan, Maria Walanda Maramis, RA Kartini, R Dewi Sartika pun di bubarkan.

Fiksi saya yang pertama Mahligai Perkawinan ketika di muat sebagai novelet bersambung pertama di dunia , ini adalah istilahnya novelis kondang Ris Prasetyo, di majalah Kartini tahun 1986-87 dengan judul Dialog Panjang. Karena banyak mendapat respon berupa surat pembaca, Redaktur Pelaksana saat itu Pak (Alm) Roejito SK meminta saya agar menyambungnya. Jadilah Dialog Panjang II dan III padahal terbitan pertama dituliskan Dialog Panjang saja tanpa angka I.

Isinya adalah ”intropeksi” diri seorang ibu rumah tangga yang memiliki ibu mertua berpendidikan Belanda ekonomi golongan atas. Kan berbeda itu dengan kehidupan keluarga umumnya orang Indonesia. Keluarga tinggalan Belanda, punya disiplin tinggi selayaknya kami di Jepang. Setting di Jakarta.

Sedangkan Dinamika Kehidupan, adalah perjuangan membangun keluarga dari pernikahan pria Jepang-wanita Indonesia yang tidak pernah bercita-cita ”hanya” menjadi ibu rumah tangga. Settingannya di Tokyo dan di negara Kuwait.

Keduanya memberikan motivasi dan kiat-kiat praktis mulai dari dasar pemikiran hingga kepada praktik sehari-hari. Saya tujukan kepada para pembaca di Indonesia khususnya kaum wanita yang tetap teguh dan berkeinginan menjadi ibu rumah tangga dan berhasil.

DA : Apa yang melatarbelakangi (behind the scene) kedua karya itu?
AI: Salah satu upaya meluruskan bahwa emansipasi bukan merubah fungsi hidup seorang ibu rumah tangga menjadi pencari nafkah keluarga dengan meninggalkan putra/inya yang masih kecil bersama, neneknya, pesuruh rumah tangga maupun suster.

Emansipasi seharusnya memajukan pengetahuan dan ketrampilan ibu rumah tangga kepada profesionalisme dalam tata-kelola kehidupan berkeluarga. Jika tunjangan untuk istri kurang besar ya tuntut pemerintah untuk menambahnya.

DA : Dari mana ide tentang kedua buku ini bermula?
AI: Dari banyaknya perjalanan yang saya lakukan dan menetap di berbagai negara maju dan di negara berkembang-terpuruk. Lalu membuat komparasi tentang peranan ibu rumah tangga dalam pembangunan karakter bangsa sejak dini. Sekaligus sebagai pendaya guna kekayaan bangsa berupa gaji keluarga yang dibawa pulang oleh suami setiap bulan.

Ibu-ibu rumah tangga dari Jepang, Eropa, AS, Australia sangat sigap dan perhitungan dibandingkan dengan ibu-ibu dari negara berkembang seperti dari India, Arab, Asia Tenggara, Amerika Selatan yang memiliki pesuruh rumah tangga. Yang saya sebut terakhir ini memang terlihat lebih sibuk karena peran gandanya itu, namun ternyata sedikit sekali manfaat yang dihasilkannya.

DA : Bagaimana cara Ibu memadukan seni jurnalistik, politik, pendidikan, dunia anak, dsb?
AI: Aktivitas sehari-hari ibu rumah tangga (irt) di Jepang mencakup aktivitas semua itu. Jurnalistik, penghubung jalinan jiwa melalui komunikasi menyenangkan antara ayah dan ketiga putra kami yang jarang bertemu. Saya memberi informasi kepada ayahnya tentang topik-topik pembicaraan dan seberapa banyak perbendaharaan kata yang disukai dan dimiliki oleh ketiga putra kami. Begitu pula sebaliknya. Politik, kami adalah pelaksana kehidupan domestik pengembang sain pembangunan generasi dan regenerasi, irt Jepang adalah home maker.

Saya sebut “kami” di Jepang ini ada sekitar 40 jutaan ibu rumah tangga dan bisa dibilang semuanya bergerak kearah yang sama. Pendidikan, ibu rumah tangga Jepang bertugas mengembangkan karakter anak-anak hingga usia 18 tahun sedangkan guru-guru disekolah membangun kecerdasan. Komunikasi dua arah sangat intens. Saya pernah menjabat ketua Parents-Teachers Asc (PTA) ketika putra bungsu saya duduk di sekolah dasar .

Dunia anak-anak, saya ketahui ketika membesarkan putra-putra kami. Saya langsung terjun ke dalam dunia mereka kemudian perlahan namun pasti secara bertahap saya perkenalkan anak-anak dengan dunia kami dan membimbingnya masuk.

Penulisan jurnalistik sekaligus adalah wahana dan sarana saya mempublikasikan pengetahuan dan gagasan-gagasan kepada semua kalangan pembaca di Indonesia secara top-down dan bottom up.

DA : Boleh diceritakan tentang ASKB/RSSUKB? Dan dari manakah ide ini bermula? (Pengertian, Visi, misi, strategi pelaksanaannya, tantangan, hambatan, dsb)
AI: Tentu. Sejak tahun 1961 seluruh keluarga Jepang mampu tinggal di kediaman masing-masing, baik itu-beli kredit atau menyewa. Di Jepang terdapat banyak standar permukiman layak untuk masing-masing strata keluarga, harga beli dan sewa terjangkau. Pemerintah menyediakan pula permukiman untuk golongan lemah.
Pemerintah Jepang memiliki kawasan permukiman sewa terpadu untuk keluarga muda, harga sewanya disesuaikan dengan gaji keluarga dan jumlah anak yang dimiliki. Jadi tidak memberatkan generasi muda yang baru berumah tangga. Kewajiban pemerintah Jepang sebagai fasilitator dan stabilisator character building sejak dini terwujud. Inovasi kualitas dan kuantitas adalah dinamisasi.

Mau beli kredit rumah atau seumur hidup mau menyewa, pemerintah punya stocknya.

Membeli tempat tinggal yang dibangun oleh swasta adalah pilihan terakhir. Di Jepang ini milik pemerintah lebih baik (fungsional) daripada milik swasta.

Setelah saya menikah , berturut-turut saudara/i saya menikah. Mbakyu saya dan adik-adik berhasil menyelesaikan kuliah, meskipun suami- isteri juga sarjana, di Indonesia tidak ada budaya menyewa melainkan mengontrak rumah membayar sekaligus setahun atau dua tahun, gaji mereka berdua tentu tidak cukup.
Solusinya adalah berdesak-desakkanlah tinggal bersama ibu kami atau berpindah beberapa saat ke rumah mertua menghindari ketegangan-ketegangan berkeluarga yang kemudian bermunculan.
Saya merasa beruntung berkeluarga di Jepang karena fasilitas tempat tinggal yang baik itu. Dan merasa lega pula, bahwasanya kelak putra-putra saya menikah saya tidak perlu memikirkan atau bahkan membelikan rumah untuk mereka. Hari tua kami bisa seperti para ayah-ibu Jepang yang putri/anya sudah mentas, saving nya dinikmati berdua dihari tua.

Semua ini sekarang menjadi kenyataan^^

Tahun 1985 saya mulai meluncurkan kiat-kiat membangun keluarga inspirasi dari Jepang sebagai, roh yang akan mendiami kawasan permukiman itu. Melalui penulisan, esai, feature perjalanan, cerpen, novel dan diwawancarai melalui telpon atau tertulis ke Tokyo. Bahkan menjadi cover story oleh banyak majalah dan muncul di halaman pertama beberapa koran Jakarta dan daerah.

Gongnya pada akhir tahun 1993 terbit wawancara saya dengan harian Kompas Jakarta, Anni Iwasaki ”Jepang Maju Karena Tidak Banyak Wanita Karir” Hasil wawancara itu menyentak nusantara khususnya para penganut emansipasi salah kaprah itu dari Sabang-Merauke (sebutannya saat itu kini Papua ). Sekaligus memberikan semangat kepada para ibu Indonesia yang konsisten menjadi ibu rumah tangga.

Sejak saat itu saya didaulat menjadi nara sumber di banyak seminar perguruan tinggi dan media masa. Disaat anak-anak di Jepang liburan sekolah, kami ke Indonesia. Serentetan acara seminar dan diskusi menunggu saya. Sayangnya tidak mendapat perhatian dari jalan Cendana hingga orba lengser.

Dari banyaknya respon positif dari tulisan-tulisan saya bahkan rekan saya di majalah Pertiwi mengatakan belum pernah ada antusias pembaca mengirim surat sebanyak yang saya terima. Hingga ada rekan penulis mengatakan ” Anni Iwasaki nge-bom lagi” ketika tulisan saya dirilis oleh media.

Tahun 1995, gagasan saya tentang rumah susun sewa untuk keluarga baru/RSSUKB saya luncurkan. Saat itu di Indonesia gerakan nasional pembangunan perumnas susun, kredit perumahan rakyat dan pembebasan tanah mulai disinyalir sebagai lahan korupsi.

Kembali saya menjadi nara sumber di seminar-seminar dan kelompok diskusi yang mengundang saya sebelumnya. Putra-putra saya semakin besar, suami jabatan di kantor semakin tinggi. Mereka lebih banyak meluangkan waktu di luar rumah, saya memiliki waktu lebih banyak untuk mempelajari dan menggali sain domestik ini dalam kaitannya dengan globalisasi politik- ekonomi dan sosial-budaya.

Kemudian rumah susun yang dibangun oleh pemerintah Indonesia. Selain kualitas bangunan dan kualitas perencanaan tidak fungsional, ahli permukiman Indonesia belum mengetahui dinamika-sosial penghuni. Merusak image rumah susun yang saya gagas. Maka saya ganti sebutannya menjadi Apartemen Sewa Untuk Keluarga Muda/ASKB. Sekarang saya sebut ”Kawasan Permukiman Sewa Terpadu Pembangunan Karakter Bangsa Sejak Dini Inspirasi Dari Jepang/KPSTPKBSDIDJ).

DA : Bagaimana cara Ibu mengubah paradigma / mindset masyarakat Indonesia yang tadinya belum terbuka hatinya untuk menerima / menerapkan ASKB/RSSUKB?
AI: Saya tidak merubah mindset mereka, melainkan mengenalkan gagasan baru yang lebih baik dan merupakan solusi dari kehidupan sulit yang sedang berlangsung.

Alhamdulillah pula, angka-angka kemajuan Jepang terus meningkat dan saya sendiri mendapatkan bonus berkali lipat sarana dan prasarana hidup yang dibangun semakin baik. Termasuk yang dirasakan oleh putra-putra kami saat ini.

Banyaknya respon positif yang masuk. Implementasinya ya harus langsung ke Presiden, hasil evaluasi sosialisasi saya kirimkan kepada Presiden Soeharto. Kemudian kepada presiden-presiden setelah itu hingga kepada Presiden SBY. Mendapat respon dari Kabinet Gotong-Royong pemerintahan Presiden Megawati, belum keburu tindak-lanjutnya pemerintahan berganti.

DA : Apa visi-misi dan obsesi Ibu setelah berhasil menjadi Presiden Pusjuki?
Gagasan Membangun Masyarakat Indonesia Ilmiah Teknologi dan Industri Green Tech Life Style (GTLS) Inspirasi dari (keberhasilan pembangunan masyarakat sipil) Jepang. Harus berhasil menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)-Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Thn 2014-2019 dan berkesinambungan.

DA : Ibu pernah menjadi narasumber sosial budaya, ekonomi, politik diterbitkan oleh majalah Shukan Gendai, Koran persahabatan Jepang-RRC, Radio Tampa Tokyo, Nihon Kezai Shimbun-Nikei-Koran Ekonomi terbesar di dunia, TV Fuji, Siaran satelit TV NHK. Juga berbagai aktivitas lainnya yang begitu padat. Boleh tahu resep/kiat Ibu di dalam menjaga kesehatan?
Seperti yang saya sebut diatas yang utama saya tidak dikejar target dan tidak mengejar target. Dengan begitu saya tidak memendam rasa bersalah. Ibu rumah tangga Jepang tidak berperan ganda kita sangat enjoy life. Gaya hidup tanpa pesuruh rumah tangga, sarana dan prasarana irt yang terus membaik, cukup untuk mengembangkan kebutuhan berkembangnya intelektual dan gerak badan saya sehari-hari. Suami sangat bertanggung jawab memenuhi kebutuhan hidup. Gaya hidup sehat dan pola makan sehat telah menjadi budaya dalam masyarakat Jepang Moderen ini.

Lagi, awal tahun 2010 ini bangsa Jepang memegang rekor tertinggi PBB sebagai bangsa tersejahtera dan memiliki harapan hidup terlama, dan ibu Jepang memegang rekor pemilik harapan hidup terlama dunia.

DA : Boleh tahu rahasia Ibu menguasai banyak hal, menjadi multitalenta, dan menjadi “Supermother” yang multitasking?
Di Jepang pekerjaan ibu rumah itu sendiri adalah sumber inspirasi ilmu pengetahuan pembangunan kualitas dan kuantitas manusia Jepang Modern. Sekaligus sumber inspirasi meningkatkan kualitas dan volume produk domestik Jepang. Sain dan teknologi: dapur, sumur (air) , kasur, manak, masak, macak Jepang adalah industri kualitas nomer satu di dunia.^^

Di Jepang terdapat hampir seratus perguruan tinggi domestik, disana disebut tandai ; kolese wanita junior D3 dan joshii-dai perguruan tinggi wanita 4 tahun.

Sekolah Kepandaian Putri yang telah dibubarkan itu seharusnya berlanjut kepada perguruan wanita sain domestik ini.

Facebook: anni iwasaki.
foto: dokumen pribadi Anni Iwasaki
Curiculum Vitae
Nama Lahir : Chaeriyani
Nama Populer : Anni Iwasaki
Jabatan Hidup: Ibu Rumah Tangga
Kelahiran : Desa Tanjung Tani, Prambon, Kediri, 25 April 1953
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan :
• SD Sawahan II & SD Simpang II (Berijazah)
• SMP 3 Surabaya (Berijazah)
• SMA Trimurti Surabaya (Selesai tahun 1972);(Berijazah)
• Lembaga Pendidikan Jurnalistik Interstudi Jakarta, 1985 (6Bulan);(Berijazah)
• Pendidikan Bahasa Jepang Kokusai Kaiwa Gakuin-Tokyo, 1992 (2tahun);(Berijazah)
• April 1997 menjadi Mahasiswa pendengar di Fak. Hubungan International ekonomi dan Fakultas Sastra Jepang Universitas Tama, Tokyo (Satu Tahun Kuliah).
• September 25, 2004, dianugerahi Doctor Honoris Causa Oleh Saint John Institute Of Management Science, Houston, Texas, USA.
• Terpilih dalam urutan nomer 2 dalam buku “30 Perempuan Pilihan Wanita Penulis Indonesia” penerbit Zikrul Hakim (Anggauta IKAPI) Jkt. www.zikrul.com. Launching 16 April 2010 di TIM Jakarta.

0 Komentar:

Post a Comment

Sekolah Internet Indonesia
 

Site Info

Blog ini berisi tentang motivasi, pengembangan diri, pernikahan, sosok inspirasi, ekonomi, tips, kesehatan, dan pariwisata. Terinspirasi dari tokoh-tokoh yang memiliki tinta emas dalam perjuangannya mengarungi hidup. Semoga ALLAH SWT memberikan kita petunjuk menjadi yang lebih baik, bermanfaat dan berguna bagi masyarakat sehingga hidup kita menjadi berkah.

Iklan

MOTIVASI HIDUP BERKAH Copyright © 2009-2013. Free Template by MasnaTheme.Com.
Designed by Bie Blogger Template